..

SELAMAT DATANG DI BLOG PRIBADIKU FRIENDS

Rabu, 27 Januari 2010

Bismillahirrahmanirrahiim.


Bacalah! Tuhanmulah yang maha pemurah!

Yang mengajar dengan kalam. Mengajar manausia apa yang tiada ia tahu”

QS Al’Alaq (segumpal darah)96 3-5


Dalam hal ini, manusia tidak hanya diminta oleh Allah hanya untuk membaca , anda diminta senantiasa untuk berfikir setelah membaca satu hal . Dan setelah membaca anda diminta untuk merenung kembali serta menyedari bahwa semua itu adalah bagian dari ketetapan Tuhan. Ingatkah bahwa suatu bacaan akan menimbulkan suatu pengaruh yang kuat pada diri anda. Bahwa segala sesuatu atau kebenaran seluruhnya adalah milik Allah.

“Bayangkanlah”saat ini anda duduk disamping sebuah batu nisan. Anda sedang merenung, duduk sendiri tanpa ada satu orang pun yang menghiraukan anda lagi.

Kejadian ini mungkin bisa terjadi pada diri saya. Siang itu didalam perjalanan pulang menuju rumah, saya menggunakan sepeda motor. Walaupun pada saat itu panas teriknya hari begitu menyengat, tapi karena keadaan perasaan saya yang senang tidak begitu saya hiraukan. Dalam perjalanan saya berfikir, bahagia sekali rasanya mempunyai teman yang banyak, sahabat-sahabat yang baik yang menjadikan hari-hari saya penuh dengan canda tawa dan harapan yang kelak akan menjadi kenangan dihari tua nanti. Motor yang saya kendarai terus melaju dengan penuh semangat.

Tidak jauh dari rumah, di ujung jalan. Saya memandang dari kejauhan mengapa ramai oarang-orang berkumpul dihalaman rumah saya? tidak seperti biasanya, hati saya pun berdesir dan bertanya-tanya. Berlahan-lahan mendekati halaman rumah dengan penuh penasaran. Dan sayup-sayup terdengar suara surat yasin, tahlil yang dibaca begitu sendu nya. Saya semakin penasaran dimana keadaan yang tak biasanya terjadi seperti ini, dengan dada yang terasa begitu sesak serta wajah yang pucat pasih dan begitu menegangkan.

Berlahan-lahan saya melangkah dihalaman rumah, semakin jelas saya dengar suara surat yasin dan tahlil yang dibaca sambil terisak-isak dan diselingi rintihan dan isakan, saya begitu gundah. Saya terus berjalan menuju pintu masuk berlahan-lahan menerobos masuk diselah-selah kerumunan orang-orang.

Sampai didepan pintu rumah. saya melihat ada sekujur tubuh yang terbaring kaku ditutup dengan kain di tengah-tengah kerumunan orang-orang. Saya menoleh kearah lain, saya melihat Ibu saya yang duduk bersimpuh dengan kepala menunduk, ditangan nya memegang surat yasin dengan bacaan yang terisak-isak. Saya menoleh kearah lain lagi, saya lihat ayah saya yang duduk bersila dengan tatapan yang kosong kearah tubuh yang terbaring kaku tersebut dengan mata yang berkaca-kaca tanpa Beliau sadari air mata menetes di pipi Beliau. Saya menoleh lagi kea rah yang lain, saya lihat saudara-saudari saya semuanya menunduk sambil membaca surat yasin yang ada di tangannya.

Dada saya begitu sesak memilukan, semakin sesak memberontak, dengan penuh tanda tanya dihati ini? Berlahan saya dekati tubuh yang terbujur kaku itu dengan perasaan yang tak menentu. Sa’at menatap wajah tubuh yang terbaring itu alangkah begitu dahsyatnya hancur hati, harapan, cita-cita, impian-impian saya semuanya sirna, saya meraung sekeras-kerasnya hingga seperti dunia ini akan runtuh. Dinding-dinding rumah seakan basah seperti air yang mengalir karena tangisan yang begitu dalam. Ternyata tubuh yang terbujur kaku itu adalah jasad saya yang tidak berdaya, yang ditinggalkan roh nya karena kecelakaan yang terjadi siang itu.

Dalam keadaan menangis serta perasaan yang pilu saya hampiri Ibu saya, saya bersujud di pangkuannya, sambil mengucapkan kata-kata penyesalan, ampunan, ma’aaf Ibu ia tidak menjawabnya, ia hanya memandangi surat yasin yang ada ditangan nya dengan air mata yang terus menetes dipipinya sambil ter isak-isak. Kedua kaki saya terasa begitu lemas berlahan-lahan saya merangkak menuju ayah dengan maksud menghampiri beliau, saya sujud dihadapannya dengan mengucapkan kata ma’af, kata-kata penyesalan, ampunan, tapi beliau juga tidak menghiraukan saya, beliau hanya termenung dengan tatapannya yang kosong mata yang ber kaca-kaca. Saya berteriak sekeras-kerasnya tapi tidak ada satupun yang memperdulikan saya, saudara-saudari saya, paman, tante, tetangga begitu juga teman-teman dan sahabat semuanya membisu.

Saya tertunduk sejenak dalam keheningan, saya tidak pernah menyadari, mensyukuri, mengasihi,menyayangi apa yang ada dan diberikan kepada saya. Saya tidak pernah memanfaat kan waktu dan kesempatan yang diberikan kepada saya dengan sebaik-baiknya saya, saya sudah terbuai dengan dunia, dengan kesombongan, dengan kesenangan, dengan hura-hura, tapi apa yang saya dapat kan semuanya sia-sia, semuanya sudah taerlambat, sudah menyia-nyiakan semuanya terutama Ibu dan Ayah banyak ma’af dan ampunan yang belum saya sampaikan. Saya tidak sanggup menghadapi kenyataan ini. Dengan separuh tenaga yang tersisa saya lari keluar rumah sehingga kaki saya terasa lemas tenaga habis terkuras dan jatuh berlutut di halaman rumah, saya terus menangis ter isak-isak, Dan sekarang semuanya sudah terlambat. Dan yang paling saya takuti dengan hati gundah membiru bekal apa yang akan saya bawa untuk mempertanggung jawabkan menghadap Allah SWT, apa yang harus saya katakan dalam persidanganNya nanti di akhirat. Saya hanya bisa termenung duduk sendiri tanpa ada seorangpun yang menghiraukan disamping batu nisan ini.



1 komentar: